Tanaman Obat Keluarga (TOGA) mengandung banyak manfaat
bagi kehidupan sehari-hari. Selain digunakan sebagai obat herbal, TOGA juga
merupakan bahan baku rempah-rempah serta memiliki fungsi estetika untuk
mempercantik pekarangan rumah. Hasil pengelolaan kebun toga dalam skala besar
dapat memberikan nilai tambah ekonomi masyarakat.
Dosen UM Magelang Wujudkan Kampung Biofarmaka |
Desa Purwodadi yang terletak di Kecamatan Tembarak
Kabupaten Temanggung dengan luas sekitar 290 Hektare memiliki potensi yang
cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai lahan penanaman TOGA. Selain tanahnya
yang subur, pertanian menjadi mata pencaharian utama di desa tersebut.
Sayangnya, aktivitas pertanian yang ada belum memanfaatkan keterbaharuan
teknologi dan sistem modern. Hal tersebut mendorong dosen Universitas
Muhammadiyah Magelang (UMMagelang) Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) untuk
melakukan upaya pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian dalam penyediaan
bahan swamedikasi berbasis tanaman obat tradisional.
Pengabdian yang diketuai oleh Setiyo Budi S., M.Farm.,
Apt bersama Heni Lutfiyati, M.Sc., Apt dan Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt
tersebut berlangsung mulai 10 Januari hingga 10 Mei 2019. Adapun masyarakat
yang terlibat dalam pengabdian tersebut adalah unsur pemerintah desa, tim
penggerak PKK, dan komunitas pemuda dalam kegiatan pengumpulan berbagai
alternatif penyelesaian masalah. Sedangkan tahapan yang ada dalam pengabdian
tersebut meliputi : pertama sosialisasi berkenaan dengan TOGA. Kedua, pelatihan
tata cara penanaman, perawatan, dan pemanenan tanaman obat, simulasi kegiatan
swamedika.
Ketiga, Pendirian kebun tanaman obat desa sebagai pusat rujukan
masyarakat dlaam kegiatan determinasi
tanaman obat. Keempat, pendampingan masyarakat dalam praktek mengelola
kebun tanaman obat di pekarangan rumah.
“Tentunya ada banyak manfaat yang didapatkan, khususnya
bagi masyarakat semdiri dengan adanya tanaman TOGA dipekarangan rumah. Pertama,
menyediakan alternatif bahan swamedikasi untuk keluarga masyarakat, sehingga
menekan biaya pembelian obat kimia. Kedua, masyarakat mengetahui potensi
ekonomi dari industri pengelolaan kebun tanaman obat,” ujar Budi. (Humas)
sumber: ummgl.ac.id