Peningkatan minat
baca masyarakat terus dilakukan oleh berbagai pihak. Melalui institusi
pendidikan, pemerintah juga mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) guna
memobilisasi guru dan siswa selama 15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai.
Dalam pelaksanaan GLS, ada dua hal menarik yaitu kebebasan guru serta siswa
dalam memilih bacaannya dan jenis bacaan yang tidak melulu menekankan pada
teks-teks akademis. Oleh karena itu, tim pengabdian kepada masyarakat
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dilakukan oleh dosen Pendidikan
Bahasa Arab (PBA) dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) melaksanakan kegiatan
membaca di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul pada bulan Februari sampai April 2019.
Dosen UMY Ajak Tingkatkan Minat Baca Siswa dengan Buku Bacaan Kesukaan |
Dihubungi oleh tim
Biro Humas dan Protokol UMY, sebagai ketua tim pengabdian kepada masyarakat
Lanoke Intan Paradita, S.S., M. Hum, mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan
tersebut adalah untuk memberikan pengalaman membaca yang lebih banyak pada
siswa. “Dalam rangka memperkuat pelaksanaan GLS, melalui pengabdian masyarakat
ini kami melaksanakan kegiatan membaca di SMAN 1 Kasihan. Di dalam program yang
didanai oleh Lembaga Penelitian, Publikasi, Penerbitan dan Pengabdian
Masyarakat (LP3M) UMY ini, tim pengabdian yang terdiri dari dosen PBA dan PBI
serta beberapa mahasiswa PBI UMY merancang kegiatan lanjutan membaca
(post-reading activities) yang bertujuan untuk memberikan pengalaman membaca
yang lebih banyak pada siswa,” terang Lanoke.
“Selain merancang
kegiatan pasca baca, tim pengabdian juga memperkenalkan siswa dengan Graded
Readers atau bacaan berjenjang berbahasa Inggris. Buku-buku ini dirancang
khusus untuk belajar Bahasa Inggris karena bacaan berjenjang memiliki tingkat
kesulitan kosakata yang berjenjang, sehingga siswa dapat memilih buku yang
sesuai untuk dibaca, baik dari tingkat kesulitan dan dari jenisnya,” lanjutnya.
Lanoke menambahkan
bahwa siswa diperbolehkan untuk memilih buku bacaan yang ingin dibaca. “Siswa
tidak dipaksa untuk membaca buku yang tidak disukainya. Bahkan siswa boleh saja
mengganti buku yang sedang dibaca dengan buku lain yang menurutnya lebih
menarik, atau lebih mudah untuk dipahami. Buku-buku yang dibaca juga bukan buku
pelajaran, melainkan buku-buku cerita dengan genre yang beragam. Membaca
karya-karya fiksi merupakan salah satu cara untuk menarik siswa menyukai
membaca, karena tidak seperti teks akademis, karya fiksi banyak melibatkan dan
mengeksplorasi emosi melalui alur cerita dan penokohan yang dapat membuat larut
pembacanya,” tambah Lanoke.
“Kegiatan lanjutan
membaca dapat dimanfaatkan untuk banyak hal seperti latihan berbicara dan
menulis. Akan tetapi, yang terpenting dalam kegiatan ini adalah untuk
memberikan makna bagi siswa terhadap bacaannya sehingga mereka bisa merasa
memiliki cerita tersebut. Ketika mereka mulai menyenangi kegiatan membaca,
diharapkan motivasi membaca siswa terutama bacaan berbahasa Inggris dapat
meningkat,” imbuhnya.
Lanoke mengatakan
bahwa di akhir kegiatan, tim pengabdian kepada masyarakat UMY mengajak para
siswa untuk mengkampanyekan anti bullying dengan membuat poster berdasarkan
cerita yang mereka baca. (cdl)