Jumlah penderita
penyakit yang disebabkan oleh rokok mengalami peningkatan di Indonesia.
Menyikapi hal itu, Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bersama dengan Perkumpulan Pendidik dan Promotor
Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) Kabupaten Sleman mengkampanyekan untuk
berhenti dan tidak merokok kepada anak muda di Aula A. Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, Minggu (26/5). Acara ini juga dimaksudkan untuk menyambut
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang jatuh pada 31 Mei mendatang.
Kampanye World No Tobacco Day |
“Kampanye World No
Tobacco Day ditujukan untuk mengatasi epidemi tembakau dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat, khususnya kontribusinya dalam menyebabkan kematian dan
penderitaan jutaan orang secara global,” ujar Milatul Afifah, S.Kep., Ns
sebagai Departemen Pengelolaan Penerapan MTCC UMY saat berbicara di hadapan
para hadirin.
Penggunaan tembakau
merupakan faktor risiko penting untuk perkembangan penyakit jantung koroner,
stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit Cardiovascular Disease (CVD)
membunuh lebih banyak orang, daripada penyebab kematian lainnya di seluruh
dunia. Dikutip dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan peningkatan
penyakit CDV dari tahun 2013 hingga 2018. Prevalensi kanker naik dari 1,4
persen menjadi 1,8 persen.
Begitupun dengan
prevalensi stroke naik dari sebesar 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara
penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan
pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen
menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari
25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Melihat fakta di
atas, MTCC UMY berupaya melakukan berbagai tindakan bersama pihak-pihak lain
seperti Pemerintah Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Upaya pengendalian tembakau dilakukan dengan penerbitan peraturan terkait
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) oleh Pemerintah Daerah dan membentuk Aliansi
Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau untuk melaksanakan kebijakan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal pada 50 persen institusi pendidikan atau
sekolah. Penerbitan peraturan dan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah
hal terdekat yang dapat kita jangkau,” imbuh Milatul.
Pada kesempatan yang
sama, Sekertaris PPPKMI Cabang Kabupaten Sleman, Cahya Prihantama S. KM., MPH.
mengingatkan kepada generasi muda jangan hanya mengikuti lingkungan dan menjadi
perokok. Tetapi, pemuda diminta untuk menjadi penggerak gerakan anti rokok untuk
menyelamatkan generasi mendatang. “Anak muda menjadi sasaran empuk iklan rokok
karena mudah terpengaruh. Maka dari itu, pemuda harus memiliki visi kedepan
untuk berfikir kedepan perihal permasalahan kesehatan,” katanya.
Di akhir acara,
Cahya meminta kepada banyak pihak yang meliputi pemerintah, aktivis, dan
masyarakat umum untuk ikut berperan aktif untuk mengurangi jumlah perokok di
Tanah Air.(ak)
sumber: umy.ac.id