Direktorat Diplomasi Publik,
Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan Friends of Indonesia 2019:
Fellowship for Future Ambassadors di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jumat
(21/6). Sebanyak 12 Diplomat Asing dari negara sahabat mengikuti kegiatan
diskusi tentang Islam Wassatiyah yang bertempat di Ruang Simulasi Sidang
Hubungan Internasional Gedung E4 Lantai 1 Kampus Terpadu UMY.
Pada kegiatan diskusi Islam
Wassatiyah ini hadir tiga pembicara yaitu Staf Khusus Presiden RI Bidang
Keagamaan Internasional Dr. Hj. Siti Ruhaini, Direktur ICRS Hj. Siti
Syamsiatun, Ph.D, dan Dosen HI UMY Dr. Sidik Jatmika dan dimoderatori oleh Dian
Azmawati, MA. Namun tak hanya 12 Diplomat Asing yang mendengarkan dan
berdiskusi dengan para narasumber dalam kegiatan ini, hadir pula mahasiswa dari
Hubungan Internasional UMY.
Sidik Jatmika memaparkan
nilai-nilai Islam yang masih ada sejak dulu pertama kali masuk hingga kini,
dengan menjunjung nilai toleransi yang begitu kuat. Dia memberikan contoh
bagaimana harmonisnya umat Hindhu dan Islam di kota Kudus, Jawa Tengah. “Di
Kudus hingga saat ini orang Islam sangat harmonis dengan Hindhu, hal itu
dibuktikan dengan adanya larangan mengonsumsi daging sapi yang mana hal
tersebut dilarang dalam agama Hindhu. Dan itu masih dilestarikan hingga saat
ini, dengan alternatifnya mereka mengonsumsi daging kerbau sebagai gantinya,”
ujar dosen HI UMY dalam ruang diskusi.
Baca Juga : Mahasiswa UMY Bersi Solusi untuk Regulasi Produk Halal
Baca Juga : Mahasiswa UMY Bersi Solusi untuk Regulasi Produk Halal
Namun demikian, sejatinya
bukan hanya di Kudus saja yang memiliki nilai toleransi besar yang harus terus
dijaga sampai kapanpun. Seperti yang dikatakan Direktur Diplomasi Publik, Azis
Nurwahyudi bahwa di Indonesia memiliki beragam agama, meskipun Islam disebut
sebagai mayoritas, tapi nilai toleransi masih tetap tinggi dan empat agama lain
seperti Hindhu, Budha, Kristen, dan Katholik masih tetap bisa menjalankan
ajarannya. “Kita bisa temui, tak hanya di Kudus saja, banyak Masjid dan Gereja
berdiri berdampingan yang menggambarkan betapa harmonisnya Islam dengan agama
lain,” imbuhnya.
Sementara itu dalam
pembahasan Islam Wassatiyah sendiri yang diuraikan oleh Direktur ICRS Hj. Siti
Syamsiatun, Ph.D, bahwa Islam di Indonesia memiliki banyak organisasi dengan
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sebagai dua organisasi besar yang memiliki
pengikut. “Wassatiyah di dalam Muhammadiyah diciptakan sebagai Islam
berkemajuan, yang mana Muhammadiyah memberikan ruang yang luas bagi wanita
dalam mempromosikan keadilan, kerjasama, memperkenalkan religiusitas dan
spiritualitas termasuk aspek pribadi, sosial dan ekologis,” ujarnya.
Baca Juga : Silaturahmi dan Tabligh PCM Kedungbanteng
Baca Juga : Silaturahmi dan Tabligh PCM Kedungbanteng
Dengan adanya kegiatan ini
diharapkan mampu memberikan pandangan luas mengenai Islam khususnya bagi 12
Diplomat Asing yang hadir. Agar mengurangi anggapan tentang Islam yang selama
ini disebut dengan agama ektrimis, radikalis, dan terorisme. Dengan memberikan
contoh Islam di Indonesia yang mampu memberikan kedamaian, harmonisasi dan
toleransi terhadap kehadiran agama lain, seperti yang sudah dipaparkan para narasumber
dalam diskusi ini. (Hbb)
Sumber: umy.ac.id