@ekosangpencerah
Seingat saya, saya belum
pernah bertemu langsung dengan beliau. Sampai beliau meninggal di tahun 1996.
Hanya mendengar cerita dari paman, beliau sempat datang ke rumah kakek di
wilayah Minggir Sleman yang jaraknya lumayan jauh dari kediaman beliau, Kota Gede.
Satu hal yang tampaknya berkesan bagi beliau adalah siwur, gayung untuk
mengambil air yang terbuat dari batok kelapa dengan gagang bilahan bambu.
Hingga bila bertemu dengan anggota keluarga kami beliau kadang bertanya, sekira
ini, “Apakah siwurnya masih digunakan?”
Sumber: islampos.com |
Dari sekian buku, sangat
mungkin Buku Iqra’ masuk jajaran buku best seller. Karena telah dicetak secara
berulang dalam jumlah yang cukup banyak. Melalui metode Iqra’ ini banyak orang
yang terbantu untuk bisa membaca Alquran. Semoga pahala terus mengalir
untuknya, karena berkat buku iqro itu Anda sekarang sudah lancar mengaji.
Tahukah siapa Ia? Dia adalah K.H. As’ad Humam.
Memang tak banyak orang yang
mengenal As’ad Humam.
As’ad Humam lahir 1933 di
Kotagede Yogyakarta. Ia mengalami cacat fisik sejak remaja karena terkena
penyakit pengapuran tulang belakang, dan harus menjalani perawatan di sebuah
Rumah Sakit di Yogyakarta selama satu setengah tahun.
Penyakit inilah yang
dikemudian hari membuat As’ad Humam tidak mampu bergerak secara leluasa
sepanjang hidupnya.
Hal ini dikarenakan sekujur
tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam keseharian, sholatnya
pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku’
ataupun sujud.
Bahkan untuk menengok pun
harus membalikkan seluruh tubuhnya. Human juga bukan seorang akademisi atau
kalangan terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, namun hanya
lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP).
Nama asli dari KH As’ad
Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang
adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung
Selokraman, Kotagede Yogyakarta.
Ia adalah anak kedua dari 7
bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti
tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. Asad Humam
sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan
Malioboro Yogyakarta.
Profesi ini mengantarnya
berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari silaturahim ini
kemudian As’ad Humam mengenal metode Qiroati. Dari Qiroati ini pula kemudian
muncul gagasan-gagasan As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih
mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah
As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan
kepada Dachlan Zarkasyi.
Namun gagasan-gagasan tersebut
terkadang tidak disetujui oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk
dimasukkan dalam Qiroati. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan As’ad Humam
dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”)
Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan cara cepat
belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro.
Sekarang buku Iqro itu masih
beredar luas. Mungkin juga dirumah Anda masih tersimpan buku itu.
Sumber:
pcpmminggir.blogspot.com || nabawia.com