Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menyumbang prestasi di tingkat
internasional bagi kampusnya. Kali ini, prestasi tersebut berhasil diraih oleh
mahasiswa dari Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik (Tekkim FT) UMS.
Mahasiswa Teknik Kimia UMS Sabet Juara 2 dalam 5th IBCEx di Malaysia |
Mahasiswa Tekkim FT UMS
berhasil meraih juara 2 dalam kompetisi 5th International Biotechnology
Competition and Exhibition (IBCEx). Kegiatan yang diselenggarakan oleh
Universiti Teknologi Malaysia (UTM) ini berlangsung selama 2 hari, Jumat –
Sabtu (5-6/4/2019) lalu.
Dalam forum 5th IBCEx
sendiri terdiri dari 3 kategori, di antaranya Bioenergy, Waste Treatment, dan
Green Product. Dari tim UMS mengirimkan 3 tim yang disebar dalam ketiga
kategori tersebut. Namun, yang berhasil meraih juara dalam kompetisi itu adalah
tim yang mengikuti kategori Waste Treatment. Tim ini beranggotakan 3 mahasiswa,
di antaranya Sulton Afkhar Nawawil (angkatan 2015), Restu Zulaekha (angkatan
2015), dan Falido Wisnu Guntoro (angkatan 2016).
Falido Wisnu Guntoro, salah
satu utusan menjelaskan, kompetisi ini berbeda dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah
(LKTI) di tingkat nasional. Dalam kompetisi ini terdapat 2 tahap yang harus
dilalui peserta hingga berhasil meraih juara.
“Ini beda dengan LKTI di
nasional. Jadi exhibition itu semacam kita menampilkan hasil karya dalam sebuah
display, kita memasang poster atau banner, di situ kita diwawancara dan
ditanya-tanya tentang produk kita. Nanti baru kompetisinya itu ada presentasi
di tahap kedua,” jelasnya.
Dalam tahap pertama itu, dia
menjelaskan ketika display berlangsung akan ada 4 orang juri yang berkeliling.
Keempat juri tersebut berkeliling dengan dibagi menjadi 2 kloter. Selanjutnya,
setiap kloter juri yang datang diberikan waktu 8 menit untuk menilai penjelasan
dari peserta, dan ditambah 4 menit untuk tanya jawab.
Falido juga menambahkan
bahwa di tahap pertama ini di ikuti oleh lebih dari 30 tim dari berbagai
perguruan tinggi di tingkat internasional. Selanjutnya, dari masing-masing
kategori akan dipilih 3 tim untuk masuk ke tahap 2.
“Total peserta di exhibition
semacam ekspo itu ada 30an lebih tim dari perguruan tinggi di tingkat
internasional. Tahap kedua itu nanti dari masing-masing kategori itu diambil 3
tim terbaik di masing-masing kategori. Jadi ada 9 tim yang maju ke final,” tambahnya.
Dalam kompetisi ini, Falido
mengungkapkan bahwa timnya membuat sebuah karya semen organik. Dimana karya
tersebut merupakan salah satu bentuk dari pemanfaatan limbah organik.
“Jadi untuk kategori yang
kita ajukan dalam kompetisi ini tu kita membuat semen organik. Jadi semen yang
biasanya dibuat pakai batu kapur dan silika, itu kita subtitusi bahan-bahannya
dengan menggunakan tulang sapi, cangkang telur, sama sekam padi,” ungkapnya.
Pemilihan bahan tulang sapi
dan cangkang telur ini karena kedua bahan tersebut dinilai mengandung batu
kapur, sehingga dapat digunakan untuk mengganti batu kapur yang digunakan dalam
semen pabrik. Kemudian untuk sekam padi dinilai mengandung silika, sehingga
dapat digunakan untuk mengganti pasir silikanya.
Baca Juga: Launching Buku Ajar Pesantren Muhammadiyah
Kendala yang ditemui dalam
pembuatan semen organik ini berkaitan dengan suhu. Dijelaskan bahwa suhu
kalsinasi yang digunakan dalam pembuatan semen di pabrik mencapai 1350 derajat
celcius. Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari Tekkim ini, kesulitan
untuk menemukan alat dengan suhu setinggi itu. Sehingga untuk pemecahannya,
mereka melakukan pembakaran kalsinasi dengan menggunakan las karena suhu las
mencapai 2000 derajat celsius.
Falido juga berharap para
mahasiswa UMS ke depan tidak lagi memiliki rasa minder meski kuliah di
Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Sebab dengan memiliki kepercayaan diri, maka
mahasiswa UMS pun tetap dapat berprestasi di tingkat internasional.
“Kita gak usah minder dengan
diri kita meski kuliah di swasta. Jadi percaya diri saja pada diri kita.
Pokoknya UMS bisa kok ke luar negeri, UMS bisa kok berprestasi. Mungkin gak
usah malu dan minder, kemarin saya juga ketemu dari univ lain dari Indonesia
dan negara lain, itu sebenernya riset mereka juga tidak terlalu wah-wah amat,
bahkan di kita ada yang lebih wah,” ujarnya. (Khairul)
Sumber:
ums.ac.id