Di tengah arus persaingan
usaha yang semakin kompetitif dan perkembangan teknologi yang semakin canggih,
memaksa pelaku usaha untuk beradaptasi di dalamnya agar mampu bersaing di pasar
penjualan. Tak terkecuali dengan kelompok usaha konveksi dan bordir Joho, yang
membuat dosen Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan
dibantu oleh lima orang mahasiswa melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa
pembekalan dan pendampingan tentang strategi pemasaran produk melalui online.
Kelompok usaha Konveksi dan
Bordir Joho berada di dusun Joho, Desa Condong Catur, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kelompok usaha ini muncul sejak tahun 2008 dan
memiliki anggota sekitar 35 pelaku usaha konveksi dan bordir. Produk yang
dihasilkan oleh pengrajin dalam kelompok usaha Joho ini bermacam-macam antara
lain; topi bordir, topi drumband, jaket, kaos, toga, atribut sekolah, seragam
sekolah, dan lainnya.
Dalam menjalankan usahanya
mereka masih mengalami beberapa keterbatasan mengenai cara mencapai target
pemasaran yang lebih luas dan tentang cara pemasaran yang lebih modern.
Pasalnya akses pasar penjualan usaha konveksi dan bordir Joho selama ini masih
terbatas, terutama dalam memaksimalkan media promosi.
Produk yang mereka hasilkan
selama ini hanya dipasarkan di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, meskipun ada
pesanan dari luar DIY seperti Aceh, Medan, Jambi, Palembang, dan Kalimantan,
namun jumlahnya masih terbatas. Pesanan dari luar DIY tersebut biasanya berasal
dari guru yang kebetulan sedang mengikuti penataran di P4TK di dekat wilayah
Joho.
Selain itu pelaku usaha
konveksi dan bordir Joho juga mengalami kendala dalam kemampuan pengelolaan
keuangan usaha, karena mayoritas dari mereka belum memiliki kemampuan memadai
dalam membuat catatan administrasi keuangan. Padahal, hal tersebut sangat
penting untuk dikuasai bagi pelaku usaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
“Tujuan kami adalah untuk
membantu konveksi dan bordir Joho memaksimalkan media promosi agar mampu
bersaing di pasar penjualan, apalagi saat ini perkembangan teknologi sudah
sangat canggih. Di sini kami melakukan perluasan pasar dan memaksimalkan media
promosi terutama yang berbasis online karena sebelumnya pelaku usaha konveksi
dan bordir Joho masih menggunakan cara konvensional atau offline,” ujar Rita
Kusumawati, SE., M.Si. ketua pengabdian masyarakat ditemui di ruangannya, Senin
(24/6).
“Maka dari itu kami
memberikan wawasan kepada mereka mengenai cara pembuatan akun online marketing,
pembuatan katalog produk yang menarik, pembuatan titik usaha di Google Maps,
pembuatan papan nama kelompok usaha, pembuatan video profil usaha. Selain itu,
kami juga melakukan pelatihan dan pendampingan pengelolaan dan pencatatan
keuangan usaha,” terangnya lebih lanjut.
Rangkaian pelatihan dan
pembekalan ini bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sleman (Disperindag). Pada proses pendampingan berlangsung selama kurang lebih
dua bulan untuk pembuatan akun penjualan di Instagram dan penjualan di market
place (Tokopedia).
Ketua kelompok usaha
Konveksi dan Bordir Joho, Supriyanto mengaku merasa sangat terbantu dengan
adanya pembekalan dan pendampingan ini, karena memang media promosi yang
sebelumnya mereka lakukan hanya mengandalkan media (dari mulut ke mulut) atau
berdasarkan rekomendasi pelanggan lama. (Hbb)
Sumber: umy.ac.id