Redaksi
Muhammadiyah Online menampilkan sebuah artikel apik yang ditulis seorang Guru
SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi yang layak
untuk dijadikan kajian lebih lanjut. Berikut Tulisan lengkapnya dengan editing
penulisan agar mendekati ejaan yang berlaku. Tulisan merupakan opini penulis.
Mengapa hari pendidikan
nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei? Kabarnya tanggal 2 Mei diambil dari
hari lahirnya Ki Hajar Dewantara (2 Mei 1889) pendiri Taman Siswa . Padahal
kalau kita telisik lebih mendalam sebelum tanggal 2 Mei 1922 itu sudah ada
lembaga pendidikan yang dipelopori oleh persyarikatan Muhammadiyah dan Kyai
Haji Ahmad Dahlan yang berdiri tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 Novermber 1912
M, sedangkan KH. Ahmad Dahlan sendiri dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1868.
Mengapa demikian? Sebelum dijawab kita telaah terlebih dahulu tentang Taman Siswa.
Taman Siswa pada awalnya
merupakan perkumpulan kebatinan seloso kliwon yang dipimpin oleh Ki Ageng
Suryo, perkumpulan ini adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda sebagai
penyeimbang dari Persyarikatan Muhammadiyah di Yogyakarta, organisasi kebatinan
ini kerjanya menyebarkan intimidasi terhadap para pendukung syari’at Islam,
Persyarikatan Muhammadiyah dan Persatuan Islam.
Perkumpulan kebatinan ini
mempunyai hubungan erat dengan Budi Utomo, Ki Hajar Dewantoro sepulang dari
Belanda dan pulang ke Yogyakarta bergabung dengan perkumpulan kebatinan seloso
kliwon. Kemudian tanggal 2 Mei 1922 berubah menjadi Taman Siswa yang dipimpin
oleh Ki Hajar Dewantoro. Dari sini, Ki Hajar Dewantoro aktivitasnya beralih
dari politik ke pendidikan yang mendasarkan ajaran kejawen. Dengan cara
demikian Taman Siiswa berhasil mengilmiahkan ajaran kejawen menjadi filsafat
pendidikannya.
Dari keterangan di atas
perkumpulan Taman Siswa masih ada benang merah dengan Budi Utomo, walaupun
menurut sejarahnya Ki Hajar Dewantoro merupakan anggota Budi Utomo yang keluar
karena tidak sepaham dengan gerakan budi utomo yang konservatif. Budi Utomo
sendiri merupakan organisasi bentukan pemerintah kolonial Belanda sebagai
penyeimbang dari Jami’at Khoir yang didirikan oleh orang Islam.
Perlu diketahui bahwa
sejarah Indonesia yang sekarang ada tidak lepas dari proses deislamisasi yang
ingin meniadakan peran umat islam sebagai pelopor kebangkitan pergerakan
nasional, padahal menurut fakta sejarah betapa besarnya peran kepemimpinan
ulama dan santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan Negara dalam
Menjawab imperialis barat dan timur.
Menurut penulis proses
deislamisasi itulah yang mengkerdilkan peran umat islam, termasuk peran umat
islam dalam bidang pendidikan, sehingga bisa disimpulkan seharusnya peringatan
hari pendidikan nasional itu tanggal 18 November bukan tanggal 2 Mei, karena Muhammadiyah
mendirikan sekolah lebih dulu daripada Taman Siswa, kalau kita mau jujur!
Penulis Zaenal Arifin,
S.Pd.I, Guru SMK Muhammadyah 1 Sukoharjo