Muhammadiyah itu bukan
agama, dan bukan mazhab. Muhammadiyah itu juga bukan aliran. Muhammadiyah
hanyalah nama suatu perkumpulan. Yang menjadi warga Muhammadiyah adalah rakyat
Indonesia yang merasa cocok dan menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Karenanya dia haruslah seorang yang beragama Islam.
Apakah benar bahwa syahadat
orang Muhammadiyah itu berbeda dengan syahadatnya orang-orang Islam lainnya?
Ada orang yg menceriterakan bahwa syahadatnya orang Muhammadiyah itu ucapannya:
“Asyhadu alla ila-ha illallah, Maliki yaumiddin”.
Ah, tidak benar. Tidak
demikian.
Syahadatnya orang
Muhammadiyah adalah “Asyhadu alla ila-ha illallah wa-asyhadu anna
muhammadarrasulullah”.
Bagaimana rukun lslamnya
orang Muhammadiyah?
Rukun Islamnya orang
Muhammadiyah adalah:
Syahadat
Shalat
Zakat
Puasa di bulan Ramadhan
Haji
Muhammadiyah Itu Bukan
Agama, Bukan Mazhab, Bukan Pula Aliran
Penulis mediamu -8 May
20180813
Bagaimana rukun iman-nya
orang Muhammadiyah?
Rukun imannya orang
Muhammadiyah juga ada enam:
Iman kepada Allah
Iman kepada Malaikat
Iman kepada Kitab-Kitab
Allah
Iman kepada Nabi, Rasul
utusan Allah
Iman kepada Hari Qiyamat
Iman kepada Takdir.
Demikianlah, Syahadat, Rukun
Islam dan Rukun Iman para anggota Muhammadiyah.
Siapa saja yang masuk
menjadi anggota perkumpulan atau organisasi Muhammadiyah?
Ketika Kiai Haji Ahmad
Dahlan mendirikan Muhammadiyah, dengan ikhlas beliau berdoa kepada Allah semoga
setidak-tidaknya semua suku bangsa Indonesia oleh Allah dikaruniai kegembiraan
memasuki perkumpulan Muhammadiyah. Doa dan permohonan itu diucapkan Kiai Dahlan
pada tanggal 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 18
November 1912 Masehi.
Apakah doa dan permohonan
Kiai Dahlan dewasa ini sudah terkabulkan?
Kalau dikabulkan, ya belum
dikabulkan Allah secara sepenuhnya. Tetapi alhamdulillah, sudah bernama
Iumayanlah. Di semua provinsi di Indonesia di tahun 1992 ini sudah berdiri
Pimpinan Muhammadiyah kecuali di kota Dilli, Timor Timur, yang secara resmi
belum berdiri.
Pada tahun-tahun permulaan,
Kiai Dahlan juga memohon kepada Allah mudah-mudahan warga Muhammadiyah
dikaruniai keikhlasan hati, bersedia mengurbankan harta, tenaga dan pikiran
bagi tegak dan syiarnya agama Islam.
Apakah keinginan yang
demikian itu sudah terwujudkan?
Kalau dikabulkan secara
sepenuhnya, kiranya juga belum. Tetapi dapat disaksikan, kenyataannya juga
sudah lumayan. Di cabang-cabang yang anggotanya masih berjumlah dua puluh-tiga
puluh orang sudah mampu mendirikan sekolah Taman Kanak-kanak Aisyiyah dan
Sekolah Dasar Muhammadiyah. Malah ada yang sudah mampu mendirikan Madrasah
Diniyah Muhammadiyah.
Malah ada Saudara yang belum
menjadi anggota Muhammadiyah sudah dengan ikhlas mendirikan Rumah Sakit
Muhammadiyah. Juga ada warga Muhammadiyah, yang karena dipercaya menjadi
Pimpinan Muhammadiyah yang tidak memperoleh gaji, secara ikhlas lebih memilih
keluar dari pekerjaannya yang bergaji Rp 250.000.
Ada warga Muhammadiyah, yang
di zaman penjajahan Belanda menjadi Raja di Gorontalo dengan mendapat tanah,
kekuasaan dan gaji. Tetapi karena aktif memimpin dan menggerakkan Muhammadiyah,
oleh Pemerintah Belanda diminta memilih. Menjadi Pimpinan Muhammadiyah tanpa
gaji, atau memilih tetap menjadi Raja Gorontalo. Yang bersangkutan ternyata
lebih memilih menjadi Pimpinan Muhammadiyah yang tanpa gaji tetapi dapat
membela dan menegakkan agama Islam, agamanya Allah.
Malah ada saudara dari
perkumpulan Nahdlatul Ulama di Sidoarjo, Jawa Timur, yang dengan ikhlas
mendirikan gedung sekolah Muhammadiyah, mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah.
Masih banyak lagi warga
Muhammadiyah di Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Pulau Jawa dan lain-lainnya
bersedia mewakafkan dan mengamaljariyahkan untuk tempat-tempat amal-amal usaha
Muhammadiyah. Masjid dan mushalla, sekolah dan perguruan tinggi, rumah sakit,
rumah yatim dan lain-lainnya. Malah di tahun 1991, seorang warga Muhammadiyah
di Medan, Sumatra Utara, yang tidak bersedia disebut-sebut namanya, dengan
ikhlas mewakafkan tanahnya seluas kurang lebih 25 hektar untuk Perguruan Tinggi
Muhammadiyah.
Jadi, Alhamdulillah do’a dan
permohonan Kiai Haji Ahmad Dahlan sudah secara Lumayan dikabulkan oleh Allah,
walau belum secara sempurna.
Apakah Bapak-bapak dan
lbu-ibu berkeinginan masuk menjadi warga perkumpulan Muhammadiyah? Wah, jangan
terburu-buru. Saya minta menyimak Muhammadiyah secara sungguh-sungguh dahulu.
Menjadi orang Muhammadiyah harus berani dikafir-kafirkan. Berani diolok-olok.
Bersedia diejek. Berani dikucilkan.
Menjadi orang Muhammadiyah
harus sabar. Ada yang menyatakan orang Muhammadiyah itu bila kematian, seperti
halnya tengah kematian kucing, tidak disurtanah, tidak melakukan peringatan 3
hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari atas hari kematiannya. Menjadi orang
Muhammadiyah harus dengan hati dan sikap yang mantap. Tidak boleh
setengah-setengah, ragu-ragu.
Menjadi orang Muhammadiyah
harus dengan niat yang satu. Niat beribadah kepada Allah dengan ikhlas,
mengikuti perintah-perintah Allah. Melaksanakan contoh-contoh yang diteladankan
Nabi Muhammad Saw.
Menjadi orang Muhammadiyah
harus mengikuti Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali –
berdasar pedoman, semuanya itu sesuai dengan tuntunan dan gerak langkah Nabi
Muhammad Saw.
Apakah kalau sudah masuk
Muhammadiyah tentu masuk surga?_
Seorang sahabat bertanya
kepada Rasulullah, apakah seseorang akan masuk surga karena amal-amalnya?
Rasulullah bersabda, “Tidak seorang pun dapat masuk surga karena amal
perbuatannya. Saya sendiri juga tidak akan masuk surga karena amal perbuatanku.
Kecuali bila mendapat KE-RIDHA-AN dari Allah”.
Orang Muhammadiyah dan siapa
pun juga bila tidak mendapatkan ridha dari Allah, tidak bakal masuk surga.
Karenanya, bila menjadi warga Muhammadiyah harus selalu berupaya mencari
keridhaan Allah SWT, dengan cara:
Tauhidnya harus dimantapkan
dengan sungguh-sungguh. Dalam menghayati dan mengamalkan surat Ikhlas, harus
secara sungguh-sungguh. Allahu ahad, Allah itu Esa tanpa siapa-siapa. Allahu
shamad, Allah menjadi pusat dan tempat segala permohonan. Lam yalid walam
yuIad, tidak berputra dan tidak diputrakan. Walam yakun lahu kufuwan ahad.
Tidak ada sesuatu pun dan siapa pun yang menyamainya.
Orang Muhammadiyah, ketika
mengerjakan shalat wajib, harus berusaha secara jamaah. Harus bisa berjamaah
dengan siapa pun juga sesama orang Islam. Karena Rasulullah bila menjalankan
shalat fardhu hampir tidak pernah melakukannya secara sendirian. Bila
menyaksikan seseorang melaksanakan shalat fardhu secara sendirian, Rasulullah
kemudian memerintahkan agar ada yang menjadi makmum.
Bila Saudara sudah menjadi
warga Muhammadiyah – pria atau wanita – harus berakhlak karimah, berbudi
pekerti yang luhur. Jangan sampai mempunyai sifat angkuh, memiliki rasa
adigang-adigung kepada sesama. Apalagi kepada rakyat kecil, kepada mereka yang
tengah tertimpa musibah, orang melarat, anak yatim.
Memang berat menjadi warga
Muhammadiyah dan Aisyiyah. Karenanya jangan terburu-buru masuk perkumpulan
Muhammadiyah. Saya minta untuk berpikir dan merenungkannya dengan
sungguh-sungguh terlebih dahulu.
Menjadi orang Muhammadiyah
itu harus dengan niat yang ikhlas, beribadah dan mengharapkan keridhaan Allah.
Perumpamaannya, legan golek momongan, nganggur golek gaweyan. Benar,
sungguh-sungguh amat berat.
Sekali lagi, jangan
terburu-buru masuk Muhammadiyah. Tetapi bila Saudara sudah masuk Muhammadiyah,
seyogianya:
Dengan sungguh-sungguh
mempelajari Al-Quran. Ya bacaannya, ya maknanya. Juga arti dan maksudnya.
Mempelajarinya secara sendiri-sendiri, silakan. Tetapi kalau harus berguru,
sebaiknya kepada mereka yang lebih memahami dan memahamkan.
Bersedia menghayati riwayat,
tindak-tanduk Rasulullah Saw. Ya akhlaknya, ya segala tindak-tanduknya.
Bersedia mengajak kepada
seluruh anggota keluarga-istri, anak-anak, sanak saudara dan para
tetangga-dengan hati yang ikhlas, penuh kesabaran, lemah lembut dan dengan
telaten.
Dengan selalu mengharapkan
pertolongan dari Allah SWT, saya minta Saudara yakin. Insya Allah, Allah tentu
akan memberikan pertolongan kepada siapa saja yang mendekat, mengharapkan dan
yang selalu menyebarkan dan menegakkan agama Allah.
(Artikel
ini disunting oleh: Yusuf Maulana, Pernah dimuat dalam buku, “Pesan dan Warisan
Pak AR.”, Soeparni S Adhy [ed.], 1995, Yogyakarta: PT BP Kedaulatan Rakyat,
halaman 43-47)
Sumber:
mediamu.id